Trip to Bandung part 2

Oke, kita lanjut lagi yah ceritanya...

Selepas mendapatkan kamar di hotel Sanira di kawasan jalan WR Supratman, saya pun segera mencoba menghubungi salah satu penyedia layanan sewa sepeda motor di kawasan kota Bandung. Pilihan jatuh pada Jasa Penyewaan Sepeda Motor yang berlokasi di jalan Gagak No.9 Surapati 022-2532237 / 081271824289. Dengan biaya sewa yang menurut saya relatif murah untuk per harinya, saya putuskan untuk menyewa selama 5 hari terhitung mulai hari itu. Setelah urusan dengan hotel dan pihak penyedia sewa sepeda motor, kini saatnya saya untuk bernostalgia keliling kota Bandung. Banyak sekali tempat-tempat yang ingin saya kunjungi selam saya berada di kota Priangan ini, diantaranya mengiunjungi lokasi wisata, perbelanjaan, taman dan yang terpenting ialah mencoba aneka kuliner khas kota Bandung.

Pada hari  pertama, saya memutuskan hanya untuk berkeliling kota Bandung dari wilayah timur hingga barat untuk mengenal situasi dan kondisi kota. Beberapa daerah di kawasan Buah Batu tidak lupa saya kelilingi karena daerah tersebut merupakan tempat yang sering saya singgahi saat pertama kali ke kota Bandung. Puas berkeliling di daerah Buah Batu dan sekitarnya, saya bergerak menuju daerah Cibaduyut dengan melewati jalan BKR untuk melihat produk sepatu lokal berkualitas. Selepas berada di Cibaduyut, saya mulai merasa lapar dan saya ingin menikmati sajian nasi timbel khas Bandung, menurut referensi seorang teman, ada sebuah warung di jalan Mangga yang menyajikan makanan nasi timbel yang rasanya dijamin maknyuss..!
Nasi Timbel adalah  (nasi yang  dibungkus  pakai daun pisang) merupakan  hidangan Indonesia khas  tatar Sunda yang biasanya dihidangkan  dengan pelengkap: ikan atau ayam goreng maupun bakar,  plus sambal, tempe serta tahu goreng, gak ketinggalan juga sayur asem serta lalapan. Tersedia 3 jenis nasi yaitu: nasi putih, merah serta hitam. - See more at: http://www.wisata-kuliner.web.id/2014/01/nasi-timbel-di-bandung.html#sthash.VtBwVNnL.dpuf
Nasi Timbel adalah  (nasi yang  dibungkus  pakai daun pisang) merupakan  hidangan Indonesia khas  tatar Sunda yang biasanya dihidangkan  dengan pelengkap: ikan atau ayam goreng maupun bakar,  plus sambal, tempe serta tahu goreng, gak ketinggalan juga sayur asem serta lalapan. Tersedia 3 jenis nasi yaitu: nasi putih, merah serta hitam. - See more at: http://www.wisata-kuliner.web.id/2014/01/nasi-timbel-di-bandung.html#sthash.VtBwVNnL.dpuf
Nasi Timbel adalah  (nasi yang  dibungkus  pakai daun pisang) merupakan  hidangan Indonesia khas  tatar Sunda yang biasanya dihidangkan  dengan pelengkap: ikan atau ayam goreng maupun bakar,  plus sambal, tempe serta tahu goreng, gak ketinggalan juga sayur asem serta lalapan. Tersedia 3 jenis nasi yaitu: nasi putih, merah serta hitam. - See more at: http://www.wisata-kuliner.web.id/2014/01/nasi-timbel-di-bandung.html#sthash.VtBwVNnL.dpuf
Nasi Timbel adalah  (nasi yang  dibungkus  pakai daun pisang) merupakan  hidangan Indonesia khas  tatar Sunda yang biasanya dihidangkan  dengan pelengkap: ikan atau ayam goreng maupun bakar,  plus sambal, tempe serta tahu goreng, gak ketinggalan juga sayur asem serta lalapan. Tersedia 3 jenis nasi yaitu: nasi putih, merah serta hitam. - See more at: http://www.wisata-kuliner.web.id/2014/01/nasi-timbel-di-bandung.html#sthash.VtBwVNnL.dpuf
Nasi Timbel merupakan nasi yang dibungkus dengan daun pisang yang biasanya disajikan dengan lauk ikan ataupun ayam sebagai pelengkapnya plus tidak ketinggalan sambal, tempe dan tahu goreng. Ada tiga jenis nasi yang biasa di sajikan, yakni nasi putih, nasi merah serta nasi hitam.

Puas menikmati sajian kuliner nasi Timbel, saat berkeliling kota lagi menuju jalan Cimandiri untuk menikmati kesegaran es buah. Walaupun resto kaki lima ini tidak memiliki meja ketika anda menikmati sop buah ini, tetapi anda dijamin ketagihan karena sop buahnya yang super enak dan disajikan sangat lengkap dan segar dengan kuah manisnya yang bisa anda tentukan sendiri dan tepat dibelakang sop buah ini terdapat gedung sate.

Rasa dahaga yang menyelimuti tenggorokan ini akhirnya terobati dengan semangkok es buah yang nikmat dan segar. Puas menikmati sajian es buah, kini saatnya untuk mampir menuju jalan Dalem Kaum No. 140. tepatnya lokasi Wisma GKPRI Jabar Telp. 022-4231218, untuk memesan kamar selama 2 hari. Setelah segala urusan selesai kini saatnya berkelana kota kembali menuju daerah utara Bandung. Saatnya menuju jalan raya Dago untuk menikmati suasana kota Bandung sisi utara. Puas menikmati suasana jalan Dago dan melihat titik-titik mana yang akan dikunjungi esok jika ada waktu lebih, kini saatnya berbelok kearah jalan Cihampelas untuk mempir menikmati wisata fashion yang terkenal di kota Bandung dan juga tidak lupa mengunjungi Cihampelas walk untuk melihat suasana mall yang terletak dikawasan Cihampelas. Saat langit senja berganti malam, saya berkeinginan untuk menikmati kuliner khas Bandung di daerah jalan Riau yaitu Nasi Kalong. Nasinya warnanya hitam, kedainya buka dari jam 7 malam sampai jam 3 dini hari, itu mungkin yang menjadi alasan kenapa tempat makan ini dinamakan Nasi Kalong, sesuai siklus hidup kalong (kelelawar) yang melek di malam hari. menurut referensi,  resep rahasia dari Nasi Kalong, nasi berwarna hitam yang menjadi andalan tempat ini, adalah nasi merah yang dimasak dengan kluwek sehingga berwarna hitam, ditambah aneka bumbu lainnya seperti cabai, daun salam, bawang merah serta kelapa parut goreng. Hasilnya adalah nasi pulen dengan cita rasa gurih yang lezat, tanpa lauk pun sudah asik menikmati nasi kalong ini.

Puas menikmati jajanan kuliner nasi Kalong, kini saatnya menikmati aneka kuliner lagi yang ngga kalah menariknya, yaitu surabi. Perjalanan dari daerah Riau (Jln. RE Martadinata) menuju tempat penjual surabi yang enak berada di jalan Setiabudi yang terletak di utara Bandung. Yang disajikan disini ialah berbagai varian surabi, mungkin yang bakal membuat Anda tercengang bahwa menu yang ada disini bisa sampai 319 jenis yang diantaranya terdiri dari surabi manis dan asin, berbagai menu makan lain, minuman panas dan dingin serta aneka jus. Lokasi Wareong Setia Budi berada di Jalan Setia Budi No. 175 Bandung, Jawa Barat.

Setelah seharian berkeliling kota dan menikmati kulinernya membuat hari ini terasa lelah dan tentunya kenyang pun sudah didapat, kini saatnya kembali menuju tempat penginapan yang berada dijalan WR Supratman untuk istirahat dan mempersiapkan diri esok hari berkelana menuju kawasan wisata Kawah Putih.

Pada hari kedua, saya berencana untuk menjelajah kawasan wisata Kawah Putih yang terletak di kawasan Ciwedey sebelah selatan Bandung. Namun, sebelum saya melakukan perjalanan menuju Ciwedey, saya check out dari Hotel Sanira dan pindah karena saya telah mereservasi hotel lainnya di daerah jalan Dalem Kaum kemarin siang. Hal itu saya lakukan semata-mata karena pertimbangan estimasi biaya hotel yang lebih ekonomis. Toh pun saya hanya memakai hotel hanya untuk istirahat dan mandi saja, jadi ngga perlu mewah-mewah kan.. 

Perjalanan saya perkirakan memakan waktu sekitar 2 jam, mengingat saya juga belum tahu medan menuju tempat tersebut seperti apa. Jadi saya juga menyiapkan peta perjalanan biar saya ngga kesasar, kan ngga lucu kalo kesasar ke daerah antah berantah.. he..he..he.. Perjalanan dari hotel baru saya menuju selatan kota Bandung cukup lancar, hanya sedikit tersendat di sekitar perempatan jalan Kopo. Selama perjalanan sungguh indah, karena disajikan pemandangan alam yang indah, menaiki bukit, menyusuri lembah dan tentunya banyak pepohonan yang masih asri. Banyak juga para petani yang menjajakan hasil kebun strawberry mereka dengan iming-iming memetik sendiri. Setelah berjalan selama kurang lebih satu setengah jam, akhirnya saya telah sampai menuju lokasi wisata kawah putih. Harga tiket masuk obyek wisata Kawah Putih Ciwidey Bandung adalah Rp. 18.000,- per orang. Harga tiket ini berlaku untuk semua wisatawan domestik. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara / Turis Asing (WNA) tarifnya adalah Rp 50.000,- / orang. Untuk menuju kelokasi wisata kawah putih, kita bisa menaiki mobil ontang anting, mobil ini akan mengantar setiap pengunjung dari pintu gerbang (yang memarkir kendaraannya di tempat parkir bawah) ke lokasi kawah. Istilah Ontang Anting diambil dari bahasa sunda yang berarti mondar mandir. Tarifnya adalah Rp 15.000/orang untuk dua kali jalan (Pulang dan Pergi /PP). Namun jika anda memiliki jiwa petualang bisa melakukan jalan darat menuju lokasi wisata.

Sampai di obyek wisata kawah putih, benar-benar pemandangan yang indah dan sangat sulit untuk dilupakan pastinya. Jam buka Wisata Kawah Putih adalah dimulai dari pukul 7 pagi hari dan ditutp pada pukul 5 sore hari. Puas menikmati keindahan alam Kawah Putih, kini saatnya bersiap kembali menuju kota Bandung untuk menikmati kuliner lainnya. Kini pilihan jatuh pada Es Bungsu yang terletak dikawasan Veteran nomer 29, disebelah kiri toko roti Purimas 3. Menu andalan tempat ini pastinya es bungsu dan siomay. Es bungsu sendiri didalamnya terdapat susu kental manis putih, parutan kelapa, mutiara dan alpukat. Karena saya hanya merasa haus, saya hanya memesan es bungsu, soal rasa saya kira ngga terlalu berbeda jauh dengan es oyen yang pernah saya nikmati di Surabaya. Menjelang malam, saya berencana untuk menikmati santap malam di daerah Dago. Banyak sekali warung yang menyediakan berbagai makanan di kanan dan kiri sepanjang jalan Dago. 

Pada hari ketiga, saya berencana untuk menyambangi kebun binatang yang berlokasi di jalan Tamansari.
Untuk memasuki Tempat wisata kebun binatang Bandung, anda hanya perlu membayar tiket sebesar Rp 20.000,-/orang untuk setiap pengunjung dengan usia di atas 3 tahun dan gratis untuk anak dibawah 3 tahun.
Kebon Binatang ini buka mulai jam delapan pagi sampai jam empat sore. Tidak lupa juga saya mampir ke komplek ITB (institut Teknologi Bandung) yang lokasinya berdekatan. Puas berkeliling, saatnya mencari oleh-oleh. Pilihan pertama saya mencoba mencari produk fashion, karena di Bandung merupakan tempatnya fashion, banyak sekali berjamuran lokasi factory outlate yang menjajakan produk fashion. Banyak berbagai FO yang bertebaran membuat saya memiliki banyak pilihan untuk memilih mana yang sesuai dengan selera saya. Ada FO yang menurut saya unik ialah FO BaBe (Barang Bekas) yang mana selain menjual pakaian, sepatu dan tas, FO ini juga menjual barang-barang bekas yang masih bisa terpakai, bahkan kita pun bisa menitipkan barang bekas kita yang bernilai ekonomis untuk dijualkan di di FO ini. 

Tidak hanya FO yang saya sambangi, pasar GedeBage pun juga saya singgahi. Pasar yang juga toko bekas ini sudah terkenal sebagai penyedia utama barang-barang bekas. Kita bisa mencari berbagai barang bekas seperti jaket, jas, kemeja, baju, tas, hingga sepatu di berbagai kios di pasar ini. Kita hanya perlu menelusuri banyak kios dan meneliti barang yang akan kita beli. Jika beruntung maka kita bisa membeli barang berkualitas dengan harga murah. Jangan cepat puas saat berburu barang di pasar ini. Usahakan untuk benar-benar mendapatkan barang yang cocok. Setelah pasar ini selesai di singgahi, giliran pasar baru yang terletak di jalan Otista (Otto Iskandar Dinata) menjadi daftar wajib yang dikunjungi kemudian. Kwasan ini memang terkenal dengan surganya pakaian, apalagi banyak wisatawan mancanegara yang mampir mencari pakaian di tempat ini.

Puas berkeliling mencari produk fashion, saatnya menikmati keindahan kota. Karena tempat menginap cukup dekat dengan jalan Asia Afrika, maka saya memutuskan untuk berjalan kaki saja, dimulai dengan berjalan menyusuri jalan Dalem kaum, maka kita akan sampai ke alun-alun kota Bandung yang terdapat Masjid Raya Bandung. Disana, banyak sekali penjaja makanan, minuman yang bertebaran sehingga ngga perlu khawatir jika lapar atau haus melanda. Bergerak ke utara terdapat jalan Asia Afrika yang mana terdapat komplek meseum gedung KAA (Konferensi Asia Afrika) yang terkenal itu. Banyak juga muda-mudi yang melakukan aktivitas foto bahkan foto prewed juga banyak dilakukan di sini. Disepanjang jalan ini banyak juga bangunan era kolonial yang masih megah berdiri. Entah jadi gedung perkantoran maupun menjadi tempat penginapan. Bergeser sedikit dari kawasan museum, terdapat jalan Braga. Sampai saat ini nama jalan tersebut tetap dipertahankan sebagai salah satu maskot dan obyek wisata kota Bandung yang dahulu dikenal sebagai Parijs van Java. Di sisi kanan kiri Jalan Braga terdapat kompleks pertokoan yang memiliki arsitektur dan tata kota yang tetap mempertahankan ciri arsitektur lama pada masa Hindia Belanda. Di jalan ini  kita dapat bertemu dengan pelukis jalanan yang mejajakan hasil seni mereka kepada orang -orang yang lewat jalan tersebut.

Selepas jalan-jalan sore yang mengasyikkan, kini saatnya berwisata kuliner kembali dengan mencoba sajian khas Bandung lainnya yaitu Batagor. banyak sekali pilihan warung yang menjajakan menu batagor, sebut saja Batagor Kingsley, Batagor Riri, Batagor Burangrang dan masih banyak lainnya. Namun saya memilih untuk mencoba batagor Riri karena berdasar cerita teman saya, di tempat tersebut enak dan cukup terkenal. Menjelang malam, saya berencana untuk mengunjungi salah satu mall yang ada di Bandung yang memiliki ruang bawah tanah sebagai tempat etalasenya, dimana menurut saya merupakan hal yang unik bila mall sebagian besar lahannya berada di bawah permukaan tanah. Mall tersebut ialaha Paris van Java mall, terletak di jalan Sukajadi. Di komplek ini juga banyak terdapat tenat-tenant ternama menghiasi mall ini, mulai dari produk fashion hingga kuliner. Tidak lupa dengan industri bioskop sebagai pelengkapnya yakni Blitzmegaplex.

Pada hari keempat, merupakan hari terakhir saya di kota Bandung. Pagi harinya, saya disibukkan dengan menata tas dan segala perlengkapan lainnya untuk berkemas. Setelah segala urusan tersebut selesai, saya putuskan untuk berjalan kaki menuju arah alun-alun guna mencari sarapan pagi. Tidak banyak warung yang buka saat itu karena jam menunjukkan masih pagi sekitar pukul 8 pagi.
Menjelang siang, saya bersiap untuk check out dari wisma GKPRI dan tidak lupa untuk mengontak jasa sewa motor yang telah saya sewa selama empat hari ini untuk membayar dan menyerahkan kembali sepeda motor yangtelah saya pinjam. Untungnya, petugas yang ditugasi untuk mengambil sepedas motor ini mau menjemput dan mengantar kemana pun penyewa ingin diantar atau dijemput. Saya meminta untuk diambil di stasiun Bandung agar ngga terlalu repot saat membawa tas dan barang bawaan. 
Perjalanan kembali menuju Surabaya dilakukan dengan kereta api Turangga yang berangkat pukul empat sore dan diperkirakan akan datang di Surabaya sekitar jam setengah sembilan pagi esok hari. Sebelum pulang, tidak lupa saya membeli jajanan khas Bandung lainnya yaitu roti Kartika Sari yang cukup terkenal. Lokasi toko ini banyak tersebar di berbagai sudut kota Bandung, sehingga kita tidak terlalu sulit mencarinya. Saya memilih untuk menuju toko Kartika Sari yang dekat dengan stasiun Bandung di daerah Kebun Kawung. 

 Rasanya masih sangat kurang bila harus meninggalkan kota Bandung secepat ini, karena saya merasa masih banyak tempat di kota Bandung yang belum disinggahi, apalagi kawasan wisata di sekitar kota Bandung, sebut saja wisata Tangkuban Perahu, wisata Situ Patenggang, Saung Angklung Udjo, De' Ranch Lembang, Museum Geologi, Curug Dago, Tahura Dago dan berbagai aneka kuliner khas Bandung. Mungkin suatu saat nanti saya akan datang kembali untuk mengobati rasa rindu akan kota ini.


Salam Satu Jiwa
N 5454 JI


Nasi Timbel adalah  (nasi yang  dibungkus  pakai daun pisang) merupakan  hidangan Indonesia khas  tatar Sunda yang biasanya dihidangkan  dengan pelengkap: ikan atau ayam goreng maupun bakar,  plus sambal, tempe serta tahu goreng, gak ketinggalan juga sayur asem serta lalapan. Tersedia 3 jenis nasi yaitu: nasi putih, merah serta hitam. - See more at: http://www.wisata-kuliner.web.id/2014/01/nasi-timbel-di-bandung.html#sthash.VtBwVNnL.dpuf
Nasi Timbel adalah  (nasi yang  dibungkus  pakai daun pisang) merupakan  hidangan Indonesia khas  tatar Sunda yang biasanya dihidangkan  dengan pelengkap: ikan atau ayam goreng maupun bakar,  plus sambal, tempe serta tahu goreng, gak ketinggalan juga sayur asem serta lalapan. Tersedia 3 jenis nasi yaitu: nasi putih, merah serta hitam. - See more at: http://www.wisata-kuliner.web.id/2014/01/nasi-timbel-di-bandung.html#sthash.VtBwVNnL.dpuf

No comments

copyright dikamedia | 2016. Theme images by diane555. Powered by Blogger.